PESANTREN
Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi
Oleh:Prof.Dr.Mujamil Qomar,M.Ag
Penerbit:ERLANGGA,JAKARTA
Percetakan: PT Gelora Aksara Pratama
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang berada di bawah kendali
kepemimpinan kiai secara individual. Segala bentuk kebijaksanaan pendidikan
pesantren adalah wewenang mutlak kiai. Kepemimpinan individual kiai ini
menyebabkan kiai bersikap otoriter dan lemahnya kaderisasi yang hanya terbatas
pada keturunan langsung atau menantu. Akhirnya tidak sedikit pesantren yang
mati setelah ditinggalkan kiainya. Oleh karena itu,perlu ditempuh solusi baru
berupa pendirian yayasan. Pesantren-pesantren modern telah mendirikan yayasan.
Adanya yayasan ini menunjukan transformasi kepemimpinan dari kepemimpinan
individual kiai menuju kepemimpinan kolektif yayasan. Apalagi realitanya di
dalam pesantren terdapat madrasah maupun sekolah yang masing-masing ada
kepemimpinannya. Seharusnya kepemimpinan pesantren menjadi demokratis,tetapi
kenyataannya masih belum memberikan kebebasan kepada guru/ustadz untuk
menentukan pilihannya sendiri terutama ketika menyangkut pergantian kepala
madrasah/sekolah misalnya,maka uji coba demokratisasi kepemimpinan pesantren
belum berhasil. Pada bagian lain,perubahan kepemimpinan itu justru menggeser
orientasi pesantren dari orientasi akhirat semata menuju orientasi ekonomi.
Pada mulanya pesantren memiliki
sistem pendidikan sendiri yang bersifat independen. Kuatnya indepedensi ini
menyebabkan pesantren tidak mengikuti standarisasi kurikulum yang ketat. Dewasa
ini pesantren menghadapi tantangan pembangunan,kemajuan,pembaruan serta
tantangan keterbukaan dan globalisasi. Pesantren diharapkan mampu
bertahan,mengembangkan diri dan menempatkan diri dalam sistem pendidikan
nasional I Indonesia secara keseluruhan. Akhirnya pesantren berusaha mengadopsi
sistem pendidikan modern. Ada banyak pesantren di Indonesia ini yang telah
mengadopsi sistem pendidikan formal seperti yang diselenggarakan pemerintah. Akan
tetapi, sebaliknya,sekarang ini banyak sekolah unggulan yang menerapkan”sistem
pesantren”meskipun dibungkus dengan nama lain seperti boarding school,sekolah internal atau lainnya. Fenomena ini
menunjukan adanya pengaruh timbal balik antara sistem pendidikan nasional
dengan sistem pendidikan pesantren.
Cikal bakal pesantren itu berasal
dari pengajian dilanggar atau di surau dan terkadang juga masjid. Dengan kata
lain,lemabaga pendidikan ini masih membonceng tempat-tempat ibadah. Kemudian
sejumlah santri bertambah banyak dan berdatangan dari tempat yang jauh,sehingga
dibangunkan penginapan yang disebut pesantren atau asrama. Adanya penginapan
ini dapat memperlancar proses pembalajaran di pesantren. Kemudian pada awal
abad ke-20 pesantren mengadakan pembaharuan dengan mendirikan madrasah.
Pembaharuan ini dipengaruhi oleh pendidikan kolonial belanda dan gerakan pembaharuan
islam di Indonesia. Langkah berikutnya pesantren mendirikan sekolah-sekolah
umum seperti MI,MTs,MA ataubahkan hingga STAI. Pendirian sekolah-sekolah umum
ini karena dua faktor,pertama karena
dampak global dari pembangunan nasional serta kemajuan ilmu dan teknologi dan kedua karena kepentingan menyelamatkan
pesantren dari kematiannya. Jika pendirian madrasah sebagai upaya pembaharuan,
maka pendirian sekolah-sekolah umum adalah pemantapan pembaharuan. Kemudian
sebagai penyempurnan.
Dalam bidang kurikulum, pesantren
menaglami transformasi sebagai berikut:pada mulanya pesantren hanya mengajarkan
inti ajaran islam berupa trio komponen ajaran dasar islam yaitu iman,islam dan
ihsan(doktrin,ritual,dan mistik). Kemudian berkembang dengan penyajian disiplin
ilmu seperti ilmu sharaf,dan nahwu,ilmu fiqih,tafsir,ilmu kalam(tauhid), ilmu
tasawuf memiliki posisi yang kuat karena kodisi sosio-psikis dan sosio-religius
masyarakat di sekitar pesantren yang menghendaki kehadiran islam dalam bentuk
sufistik. Pada abad ke-19 sebagaimana L.W.C . Van den Berg kurikulum meliputi
fiqh, tata bahasa arab,ushul al-Din, tasawuf dan tafsir. Kemudian kurikulum
pesantren bertambah luas tetapi lebih merupakan rincian dari materi dasar
dengan beberapa tambahan yaitu: Al-Qur’an dengan tajwid dan tafsirnya, aqaid
dan ilmu kalam, fiqih dengan ushul al-fiqh dan qawaid al-fiqh, hadits dengan
musthalah hadits, bahasa arab dengan ilmu alatnya seperti
nahwu,sharaf,bayan,ma’ani,badi’ dan arudh.,tarikh,mantiq, tasawuf,akhlak dan
falak. Pada tahapan ini dominasi tasawuf digeser oleh dominasi bahasa dan fiqh.
Selanjutnya pada abad ke-20 hingga
sekarang ini cukup banyak pesantren yang memasukan pengetahuan umum seperti
Pendidikan Moral Pancasila(PMP),bahasa inggris, Bahasa Indonesia dan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Namun pesantren belum berani menyajikan filsafat karena
dianggap berbahaya. Hanya saja pesantren modern tertentu seperti pesantren
Pabelan melangkah lebih jauh dengan menyajikan matematika,fisika,kimia,bahasa
inggris,teknik pertanian,perkebunan,perunggasan,perikanan kolam dan sebagainya.
Demikian pula dengan pesantren Darul Falah. Di samping itu,pesantren juga
menyajikan ketrampilan dan kesenian. Penambahan pelajaran umum tersebut di
pengaruhi oleh sistem pendidikan nasional dan tantangan ekonomi yang dihadapi
oleh alumni pesantren.
Mengenai metode, pesantren pada
mulanya menggunkan metode tradisional yaitu metode sorogan,wetonan,muhawaroh,madzakarah,dan metode majlis ta’lim.
Kemudian pesantren perlu mengambil alih metodik pendidikan nasional. Kiai-kiai
pesantren yang tergabung dalam Rabithat al-Ma’ahid dalam muktamar ke-I pada
1959 memutuskan metode tanya jawab, diskusi, imla’ muthala’ah, proyek dialog,
hafalan, sosiodrama, widyawisata. Tetapi metode-metode tersebut belum
diterapkan secara optimal.
Kelebihan buku mampu menjelaskan
dengan rinci asal usul pesantren di dirikan,jelas istilah-istilahnya,bahasa
mudah dimengerti.
Kekurangan buku tidak adanya gambar
yang mampu memberi gambaran kepada pembaca,kurang nya gambar tokoh-tokoh
penting, tidak adanya cerita-cerita yang mampu memberi wawasan luas kepada
pembaca.
Komentar
Posting Komentar